Gaza, (Sahabat Palestina Memanggil )- Setengah abad telah berlalu sejak pembakaran Masjid Al-Aqsa oleh ekstremis Yahudi Michael Dennis Rohan. Sementara itu serangan ke Masjid Al-Aqsha tetap sengit sebagai upaya untuk merubah realita yang ada di masjid, serta untuk membagi masjid secara waktu dan tempat.
Di saat peringatan ulang tahun peristiwa yang menyakitkan ini (21/8/1969), api kini terus berkobar di Masjid Al-Aqsha, karena pelanggaran dan serangan harian yang dilakukan oleh pasukan pendudukan penjajah Israel dan para pemukim pendatang Yahudi.
Para pemukim pendatang Yahudi dan polisi Israel telah meningkatkan serangan dan pelanggaran mereka terhadap kesucian Masjid Al-Aqsha. Mereka menyerang para pengunjung dan penjaganya, serta mendeportasi puluhan mereka dari masjid dengan periode waktu yang berbeda-beda.
Pembakaran sejak pendudukan
Sekretaris Jenderal Front Kristen Islam, Hanna Issa, mengatakan bahwa pembakaran di Masjid Al-Aqsha tidak dimulai sejak 21 Agustus 1969, tetapi sudah dimulai sejak pendudukan al-Quds atau Yerusalem sejak 7 Juni 1967, ketika penjajah Israel menghancurkan kampung al-Mughrabi di al-Quds yang diduduki. Kampung ini berada di sisi barat tembok Masjid Al-Aqsha dan ada pintu masuk ke masjid bernama Bab al-Mughrabi.
Hanna Issa menjelaskan bahwa Masjid Al-Aqsha dan gereja-gereja di al-Quds atau Yerusalem mengalami banyak pembakaran, terutama Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulchre). Dia menyatakan bahwa ketika penjajah Israel menduduki bagian barat kota al-Quds pada tahun 1948, dunia tidak mengakui sebagai miliknya dengan pendudukan ini. Dan juga ketika penjajah Israel menduduki bagian timur kota al-Quds tidak ada pengakuan sebagai miliknya dengan pendudukan ini.
Issa menyebutkan bahwa penjajah Israel terus melancarkan pelanggarannya terhadap Masjid Al-Aqsha dan Kota Suci Al-Quds sejak tahun 1967 hingga tahun ini. Mereka melakukan Yahudisasi terhadap 97% dari kota al-Quds atau Yerusalem.
Dia menegaskan bahwa serangan-serangan terhadap Masjid Al-Aqsha ini meningkat ketika Presiden AS Donald Trump datang pada 6 Desember 2017, di mana dia mendeklarasikan bahwa al-Quds atau Yerusalem adalah kota Yahudi. Dalam pidatonya dia menyangkal eksistensi Kristen, Islam dan Arab di dalam kota suci al-Quds.
Dia menyatakan bahwa Al-Aqsha mengalami pelanggaran serius, di mana ada sebuah kota di bawah Masjid Al-Aqsha yang akan dibuka secara penuh kapan saja, ada aula yang dapat menampung sekitar 5.000 orang. Selain itu pemerintah penjajah Israel terus-menerus bertemu di bawah tembok barat masjid (al-Buraq), dengan adanya penggalian-penggalian yang beragam lebih dari 20 meter di bawah tanah.
Dia menyatakan bahwa Masjid Al-Aqsha saat ini dikelilingi oleh 105 sinagog Yahudi dan 28 terowongan di bawah Kota Tua, di samping dua terowongan baru. Yang pertama membentang dari Dinding Buraq menuju Madrasah Umariyah di Kampung Islam (Islamic Quarter), dan terowongan lain dari Islamic Quarter menuju dinding barat Masjid Al-Aqsha.
Dia menyatakan bahwa penjajah Israel bekerja untuk merebut tanah kuburan dan menyita semua trotoar di wilayah itu. Di samping perluasan Tembok Buraq, pencabutan identitas secara keseluruhan, tidak mendaftar identitas sekitar 22 ribu anak, menghancurkan rumah-rumah secara keseluruhan, dan 6 RUU yang disiapkan oleh penjajah Israel yang berkaitan dengan pembagian masjid secara waktu dan tempat yang bisa disahkan kapan saja.
Menurut Issa, Al-Quds menjadi sasaran pembantaian nyata melalui koloni permukiman Yahudi dan perluasan koloni perdagangan Yahudi di dalamnya, menciptakan karakter baru pada kota tersebut, yaitu yang berkarakter Yahudi. Selain mendirikan apa yang disebut Yerusalem Raya di atas area seluas 600 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 3,5 juta jiwa, dan melakukan pembongkaran semua masjid dan gereja yang mengarah ke jantung Masjid Al-Aqsha.
Praktik-praktik yang dilakukan Israel
Sementara itu, Syekh Ikrima Sabri, kepala Badan Tertinggi Islam yang juga khatib di Masjid Al-Aqsha, menyatakan bahwa api kebakaran yang mengelilingi Masjid Al-Aqsha dari semua sisi disebabkan oleh praktik-praktik yang dilakukan berulang-ulang oleh penjajah Israel.
Dalam sebuah pernyataan kepada Pusat Informasi Palestina, Sabri menyatakan bahwa serangan dan penggalian yang dilakukan berulang-ulang dan pembangunan tembok apartheid Israel yang mengelilingi kota al-Quds atau Yerusalem, bukan hanya istilah kebakaran khusus dengan menyalakan api saja.
Dia menyatakan bahwa tujuan penjajah Israel terhadap Masjid Al-Aqsa adalah ekspansionisme yang agresif, dan diwakili dalam bentuk penyerbuan-penyerbuan dan perubahan realitas baru di Masjid Al-Aqsha. “Apa yang terjadi pada Idul Adha menjelaskan ambisi yang mereka inginkan terhadap Masjid Al-Aqsha,” tegasnya.
Sabri menjelaskan bahwa ada skema Zionis yang mengerikan dalam masalah pembagian secara waktu dan tempat di Masjid Al-Aqsha. Dia menyatakan bahwa para jamaah yang bersiaga di dalam masjid (al-murabithin wal murabithat) terus waspada terhadap setiap upaya untuk menodai kesucian Masjid Al-Aqsha.
Sheikh Sabri menyatakan bahwa penjajah Israel harus bertanggung jawab atas serangan berulang-ulang yang dilakukan para pemukim pendatang Yahudi, karena penjajah Israel yang melindungi para pemukim pendatang Yahudi dan mendorong mereka untuk menyerbu dan menodai Masjid Al-Aqsha.
Area pembakaran Masjid Al-Aqsa lebih dari sepertiga dari total area masjid. Di mana lebih dari 1500 meter persegi dari area total 4400 meter persegi terbakar. Api telah menyebabkan kerusakan besar pada bangunan Masjid Al-Aqsha, pilar-pilarnya, lengkungan dan dekorasi kuno pada masjid, atap masjid jatuh ke tanah akibat kebakaran tersebut. Dua pilar utama juga roboh bersama dengan lengkungan yang menyangga kubah.
Kerusakan juga terjadi pada kubah hiasan interior, mihrab, dan dinding selatan. Empat puluh delapan jendela masjid, yang terbuat dari gipsum dan kaca patri, hancur, dan karpet serta banyak ornamen dan kaligrafi Al-Quran terbakar.
Kebakaran melahap sayap timur mushallat yang terletak di sisi selatan Masjid Al-Aqsha. Api membakar bagian depan Masjid Al-Aqsha, atapnya, karpet, dan dekorasinya yang langka. Api juga membakar semua isi masjid mulai dari mushaf Al-Quran dan perabotan. Bangunannya rusak parah. Butuh bertahun-tahun untuk merenovasi dan mendekor kembali seperti semula.
Api juga melahap minbar masjid yang bersejarah, yang dibawa oleh Shalahuddin dari Aleppo, ketika umat Islam merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187. Minbar indah ini memiliki kedudukan khusus, di mana Sultan Nuruddin Zanki, yang memerintahkan untuk menyiapkannya pada hari pembebasan Al-Aqsha. (Sumber : Info Palestina)