Al-Quds, (Sahabat Palestina Memanggil), – Ein Popin terletak di tanah desa Deir Ibzi’ di pinggiran kota Ramallah di Tepi Barat. Nama in imenjadi viral di Palestina setelah terjadi operasi perlawanan baru-baru ini dengan menggunakan alat peledak, yang menewaskan seorang serdadu Israel dan melukai dua orang lainnya.

Serangan perlawanan yang menarget lokasi ini adalah momen untuk mengekspos dan mengungkap ambisi para pemukim pendatang Yahudi untuk merampas sumber air alami di Tepi Barat. Karena para pemukim pendatang Yahudi tidak meninggalkan mata air kecil atau besar di Tepi Barat kecuali mereka dirikan permukiman atau mereka paksakan realitas di lapangan untuk mencegah warga Palestina mengaksesnya.

Ein Popin merupakan sumber mata air paling terkenal di wilayah ini. Karena terletak di daerah yang indah dari segi pemandangan alamnya yang indah dan memiliki aliran air yang tinggi.

Nama “Popin” asli bahasa Kanaan. Nama ini masih terjaga dengan nama yang sama sampai hari ini. Nama yang mungkin diturunkan dari keberadaan dua pintu mata air (babian). Namun, para pemukim pendatang Yahudi selama bertahun-tahun telah berusaha untuk mengubah nama mata (Ein) dari Ein Popin (bahasa Kanaan) menjadi “Eye Danny”, nama seorang pemukim Yahudi yang terbunuh lima tahun lalu di kokasi yang sama tempat operasi terakhir yang dilakukan perlawanan Palestina.

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, jumlah mata air di Tepi Barat diperkirakan mencapai 530 mata air, yang mengalirkan sekitar 26,8 juta meter kubik air setiap tahun.

Para petani di daerah ini mengandalkan mata air-mata air tersebut untuk pertanian irigasi, memberi ternak dan kebutuhan minum sehari-hari mereka. Selain itu juga merupakan kawasan untuk rekreasi dan pariwisata domestik bagi warga.

Rencana menguasai terus-menerus

Petani Mohammed Tulaib mengatakan kepada koresponden Pusat Informasi Palestina, “Selama bertahun-tahun, para pemukim pendatang Yahudi telah berencana untuk mengambil alih Ein Popin dan melakukan yahudisasi pada situs tersebut. Mereka telah mengubah kehidupan penduduk daerah itu menjadi seperti dalam neraka yang tak tertahankan. Pada musim panen zaitun, pohon-pohon zaitun di dekat mata dicabuti dan dibongkar. Para pemukim pendatang Yahudi juga menyebar bersembunyi di tempat-tempat penyergapan, menyerang petani dan mencegah mereka mencapai tanahnya di dekat mata air tersebut.”

Para pemukim pendatang Israel juga berusaha memperlakukan daerah itu seakan merupakan cagar alam milik mereka, sehingga berkuasa untuk mengatur kunjungan rutin ke sana, sepenuhnya mengabaikan pemilik tanah dari penduduk Deir Ibzi’ dan kota-kota tetangga. Karena bagaimana sebuah daerah dengan keindahan luar biasa di Tepi Barat lepas dari kendali penuh pemukiman Yahudi.

Naim Ja’wan, Ketua Dewan Desa Deir Ibzi’, kepada koresponden Pusat Informasi Palestina, mengatakan bahwa Ein Popin berada di jantung ambisi para pemukim pendatang Israel sebagai bagian dari rencana mereka untuk menguasai sumber air tersebut. Dia mengatakan bahwa para pemukim pendatang Israel, di bawah perlindungan tentara pendudukan penjajah Israel, membuka jalan menuju lokasi mata air tersebut sebelum ratusan pemukim pendatang Israel menyerbunya lagi.

Dia menyatakan bahwa permukiman Yahudi Dulib yang didirikan di atas tanah wilayah tersebut merupakan titik awal untuk menguasai lokasi Ein Popin dan menyerbunya secara kontinyu, di mana para pemukim Yahudi Dulib tidak pernah lelah dengan upaya mereka untuk menguasainya.

Pencurian sejarah

Menurut laporan Biro Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan di Wilayah Palestina (OCHA), otoritas pendudukan penjajah Israel melakukan yahudisasi sumber-sumber mata air yang dikuasainya di Tepi Barat, sebagai bagian dari rencana sistematis mereka. Di mana OCHA mengatakan bahwa pencurian sumber-sumber mata air dilakukan dengan menandai mata air-mata air sebagai situs wisata, memberinya nama dengan nama Ibrani untuk menunjukkan bahwa mata air tersebut merupakan bagian dari sejarah Yahudi yang mereka klaim di Palestina.

Laporan itu menyatakan bahwa otoritas pendudukan penjajah Israel kemudian secara sengaja melakukan perubahan geografi secara bertahap pada situs tersebut, dengan cara membangun fasilitas-fasilitas di sekitar mata air-mata air tersebut dan merehabilitasi sebagai situs wisata untuk para pemukim pendatang Yahudi, serta membuatkan fasilitas-fasilitas rekreasi sampai dikuasai penuh.

Para pemukim pendatang Yahudi telah menguasai penuh atas 56 sumber mata air. Mereka mengubah nama sumber-sumber mata air yang berbahasa Arab dengan nama-nama bahasa Ibrani, mencegah warga Palestina mengaksesnya dengan mengancam dan mengintimidasi mereka, memagari atau mencaploknya ke dalam wilayah kompleks permukiman Yahudi terdekat, serta menarget beberapa mata air lain dengan menghancurkan atau mencemarinya. (sumber : info palestina)

 

 

Bagikan